Penulis : Robert Adhi KSP
Penerbit : KOMPAS, Jakarta
Cetakan : I, 2015
Tebal : xiv + 418 hlm
Dimensi : 15 cm x 23 cm
Kategori : Biografi
Andy Flores Noya dikenal luas oleh masyarakat Indonesia karena memandu acara “Kick Andy” yang ditayangkan oleh Metro TV. Selama ini Andy Noya selalu menghadirkan beberapa tokoh untuk diangkat dan dipaparkan kisah hidupnya, namun tidak banyak masyarakat yang mengetahui kisah hidup Andy Noya sendiri. Dalam buku ini disusun secara rapi dengan kolaborasi Robert Adhi sebagai wartawan harian Kompas sekaligus penulis buku dan Andy Noya sendiri bagaimana perjalanan hidup Andy yang keras dan berliku.
Terlahir sebagai keturunan Ambon-Jawa-Portugis-Belanda, Andy Noya dilahirkan di kota pahlawan, Surabaya pada 6 November 1960. Mengahabiskan masa kecil di sebuah kampung di Dinoyo Tangsi, Andy Noya bertemu dengan teman-teman kecil yang mengajaknya bermain bahkan juga mengejek Andy karena keturunan Belanda. Penampilan Andy yang “mencolok” itu mengundang perhatian teman-temanya dan sempat menyesal sebagai keturunan “penjajah” itu.
Keturunan Belanda diperoleh Andy dari Ibunya dan darah Portugis dari Ayahnya yang berasal dari Maluku Tengah. Ayah Andy terlebih dahulu menikah dan memilliki dua putra, Raffe dan Carry. Pernikahan dengan Ayah dan Ibu Andy dikaruniai Tuhan tiga orang anak, yaitu Gaby, Yoke, dan Andy. Masa kecil Andy dilalui dengan banyak orang yang meninggalkan kehidupannya. Kakeknya sebagai seorang kepala penjara Bone dibunuh, teman kecilnya saat bersekolah di TK Nusantara, Eyen juga meninggal, bahkan Andy sudah ditinggal Ayahnya yang bekerja di Jayapura.
Kehidupan masa kecil Andy yang serba kekurangan mengaharuskan Ibu dan kedua saudara perempuannya berbagi di kamar kecil dan berpindah-pindah. Kamar itu terasa semakin sempit dengan adanya barang-barang keluarga Andy. Untuk menghemat pengeluaran Andy dan Gaby saat pergi kesekolah mereka harus berjalan kaki dan menahan godaan jajan karena uangnya untuk naik bemo. Jarak dari sekolah yang cukup jauh membuat Andy sering tidak masuk sekolah dan mengakibatkan Andy tidak naik kelas. Andy dan Ibunya memutuskan untuk pindah sekolah. Disekolah baru Andy menemui masalah baru, karena teman-temanya berasal dari keluarga elit dan memiliki barang-barang mewah.
Dalam buku ini juga dikisahkan Andy berpindah ke Kota Malang dan menemukan passionnya dalam kepenulisan karena semangat dari gurunya. Setelah itu Andy berpindah lagi ke Jayapura untuk ikut Ayahnya dan kemudian disusul Ibu dan kakaknya. Disana Andy melanjutkan ke Sekolah Teknik Menengah (STM). Dikota ini Andy juga harus menelan pil pahit karena, pada awal 1979 ayahnya meninggal mendadak. Kesulitan ekonomi keluarga Andy akhirnya memutuskan untuk berpindah ke Ibu Kota, Jakarta. Di kehidupan yang baru ini , Andy meneruskan pendidikannya ke Sekolah Tinggi Publistik (STP), yang sulit dimasuki Andy karena berasal dari STM. Namun karena semangat Andy berupaya “mengemis” maka impian Andy untuk menjadi wartawan terkabul.
Saat berkuliah Andy juga berkreasi dan menulis untuk menambah uang sakunya. Demi menambah ilmu Andy juga seriing berkunjung ke Perpustakaan Soemantri Brojonegoro untuk membaca banyak buku dan disalin karena tidak punya uang untuk memfotokopi. Karena beberapa permasalahan Andy tidak menamatkan sekolahnya di STP dan hal itu tidak membatasi keinginan Andy untuk menggapai impiannya menjadi wartawan. Selepas itu Andy mengikuti berbagai lowongan kerja, dan akhirnya lolos menjadi reporter dalam proyek penerbitan buku Apa & Siapa Orang Indonesia. Saat melamar disini Andy juga menemukan cinta sejatinya. Saat melamar menjadi reporter tersebut, Andy bertemu dengan seketaris yang memikat hatinya, Upiek namanya. Akhirnya Andy dan Upiek mnikah pada 21 Februari 1987.
Karier dan perekonomian Andy di Ibukota meningkat sangat drastis, dalam buku ini diceritakan Andy banyak ditawari di berbagai media cetak seperti Tempo, Bisnis Indonesia, Prioritas, Neraca. Dimasa ini pula Andy bertemu dengan Surya Paloh yang berpengaruh dalam kehidupannya. Berkat proyek Andy sebelumnya, dia sering pula bertemu dengan tokoh penting negeri ini dan memudahkan Andy untuk melakukan berbagai kegiatan. Andy juga ditawari untuk memimpin Media Indonesia, dan melakukan perubahan didalamnya. Setelah dari Media Indonesia, Andy ditawari Surya Paloh untuk memimpin. Banyak langkah kontroversial yang Andy lakukan karena sangat berpegang teguh pada prinsip sebagai seorang wartawan. Sambil memimpin Seputar Indonesia, Andy yang saat itu berkeinginan untuk meningkatkan kariernya dalam pertelevisian menemani Surya Paloh untuk melobi para pejabat Departemen Penerangan untuk memperoleh surat izin pendirian TV. Tepat pada 25 November 2000 sebagai tanggal berdirinya, “Metro TV” nama yang dipilih Surya Paloh diresmikan Presiden Abdurahman Wahid. Dipercaya Surya Paloh untuk memimpin redaksi Metro TV, Andy memperlakukan anak buahnya dengan disiplin ketat dan berbagai cara dengan berpegang pada prinsip wartawan. Bahkan, Andy tidak segan-segan untuk memecat beberapa karyawan yang melanggar kode etik wartawan dan peraturan yang telah ada. Dengan permintaan Surya Paloh, agar Andy mewujudkan program TV yang di pandu sendiri, maka lahirlah “Kick Andy”. Nama itu diambil dari karakter program tersebut, dimana aku diharapkan melontarkan pertanyaan-pertanyaan tajam yang “nge-kick” narasumber yang menjadi tamu acaraku itu (hal. 391).
Perjalanan hidup Andy Noya, meskipun telah mencapai “kemapanan”, Andy harus berhadapan dengan kenyataan, Ibu dan kedua kakak yang dicintanya meninggal karena penyakit kanker. Andy sangat terpukul. Dengan kisah hidupnya yang keras dan telah menjalani berbagai kekurangan Andy berupaya agar hal itu tidak terjadi pada sebagian orang, melalui “Kick Andy Foundation”, Andy menjalankan berbagai kegiatan sosial untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan berlangsung hingga saat ini.
Dalam memahami kisah hidup Andy dalam buku ini, kita diajak “bersahabat” dengan Andy. Pembawaan “aku” untuk mewakili Andy membawa kita dekat dengannya. Banyak juga pengalaman Andy yang dapat dipetik hikmah dan diteladani. Dengan berpegang teguh pada satu pandangan dan menghiraukan ejekan “kolot” Andy adalah seorang yang konsisten pada sebuah prinsip. Andy adalah penyuka tantangan dia selalu ingin keluar dari zona nyaman untuk menghadapi tatangan yang baru. Tetapi, semua itu tidak mengurungkan niatku. Aku ingin keluar dari comfort zone. Aku juga ingin menjadi kepala, bukan ekor. Aku ingin menjadi “orang merdeka”, yang memimpin diriku sendiri. Sudah cukup bagiku menjadi “orang gajian”. (hal.399).
Comments
Post a Comment