Judul: Siddhartha
Alih Bahasa: Gita Yuliani
Tahun Terbit: 2014
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
ISBN: 978-602-03-0419-9
Jumlah Halaman: 168 hlm
Kategori: Novel Spiritual
Novel ini memang pada intinya sarat dengan berbagai makna filosofi kehidupan. Ditulis dengan bahasa yang puitis, mengalir bening, dan sarat dengan makna yang dalam. Walau isinya banyak menyajikan dialog-dialog spritual orientalis namun semuanya tak sukar untuk dipahami dan sarat dengan makna kehidupan yang universal Namun, lebih dari sekedar hanya sebagai bacaan spritual novel ini adalah karya sastra yang telah menjadi klasik dan berhasil.
Novel klasik karya Herman Hesse ini salah satu karya hebatnya. Berkat karyanya ini ia berhasil meraih nobel sastra, diantara karya-karya lainnya seperti Journey To The East (Perjalanan Ke Timur). Pada bagian awal Herman menceritakan kehidupan awal seorang pemuda bernama Shiddhartha. Perlu diketahui bahwa novel ini bukan berupa biografi Siddhartha Gautama (Sang Buddha), namun
menceritakan kisah perjalanan seorang pemuda bernama Siddhartha yang memang kebetulan hidup
sezaman dengan sang Buddha. Siddhartha adalah seorang anak yang kaya dari seorang Brahmana. Ia bersahabat dengan Govinda yang juga putra seorang Brahmana. Mereka berdua memiliki prinsip hidup yang berbeda dengan pemuda seusianya. Siddhartha dikisahkan sebagai seorang pemuda yang
religius, baik, dan berbakti kepada orang tuanya (hlm. 17). Dengan keadaanya yang serba kecukupan itu Siddhartha malah tidak merasakan arti dari kebahagiaan (duniawi) pada dirinya. Ia kemudian resah dan pergi meninggalkan kehidupannya dulu untuk mencari dan menemukan jawaban atas keresahan dirinya, bersama sahabatnya Govinda.
Perjalanannya itu kemudian ia bertemu dengan para Samana yang sama-sama melakukan perenungan dalam penggembaraanya. Mereka berdua menemui banyak para Samana dan belajar dari mereka. Pada suatu waktu sosok yang mereka cari datang, yaitu Gautama Sang Agung). Mereka berdua sangat menginginkan pencerahan langsung dari mulut Gautama. Di kota Shravati, Siddhartha dan Govinda bertemu dan mendengarkan langsung ajaran Gautama. Pertemuan ini belum memuaskan hati si Siddhartha yang berlainan dengan Govinda. Lalu Siddhartha melanjutkan perjalankan spiritualnya seakan perkataan Gautama tidak merubah kata hatinya.Perjalannya kemudian terhenti di sebuah kota dan bertemu dengan seorang wanita penghibur, Kamala. Dari pertemuan itu Siddhartha meminta Kamala untuk menemaninya. Ia juga berguru pada Kamala. Siddhartha meninggalkan jubahnya dan menggunakan baju seperti orang-orang pada umumnya. Ia kembali merasakan
rasa-rasa duniawinya. Siddhartha juga bekerja seperti orang lain untuk memenuhi kehidupannya. Ia bertemu dengan kawan barunya, Kamaswami. Dari pola kesehariannya itu Siddhartha kembali merenungkan sesuatu yang telah hilang pada dirinya. Ia kembali memikirkan Govinda, Gautama, dan Ayahnya. Akhirnya Siddhartha meninggalkan kota dan terus melanjutkan pencariannya.Pencarian berikutnya ia bertemu dengan tukang Sampan. Siddhartha belajar dengannya. Ia menjadi orang yang bekerja untuk menyeberangkan orang-orang dari sungai ke daratan. Dari pekerjaan itu Siddhartha
bertemu lagi dengan Kamala. Siddhartha tidak merasa asing dengannya, dan itu adalah pertemuan yang biasa.
Pada bagian terakhir Siddharta bertemu dengan Govinda sahabatnya, mereka lantas berdialog penuh
filsafat hingga akhirnya Govinda menyadari bahwa Siddharta telah menemukan apa yang dicarinya selama ini.Novel ini berisi mengenai filosofi kehidupan. Ditambah dengan dialog antar tokoh yang berbumbu spiritualistis. Mudah dipahami dengan pemilihan kata yang puitis dan tidak berbelit-belit. Memang pantas bahwa novel ini menjadi kesuksesan karya Herman Hesse.
Comments
Post a Comment