Skip to main content

Memaknai Sebuah Buku: Selamat Hari Buku Sedunia, 23 April 2024


Pada hari ini 23 April 2024 diperingati sebagai hari buku sedunia. Beberapa sumber menuliskan bahwa hari bersejarah ini diawali dari hubungan antara 23 April dengan buku pertama sekali dibuat oleh toko buku di Catalonia, Spanyol pada tahun 1923. Ide awalnya berasal dari penulis Valencia, Vicente Clavel AndrĂ©s sebagai cara untuk menghargai penulis Miguel de Cervantes yang meninggal pada tanggal tersebut. Pada tahun 1995, UNESCO memutuskan Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta Sedunia dirayakan pada tanggal 23 April, sebab tanggal tersebut juga merupakan hari kematian William Shakespeare dan Inca Garcilaso de la Vega,serta hari lahir atau kematian beberapa penulis terkenal lain. 

Memaknai sebuah buku dalam tulisan ini akan dibandingan sesuai dengan perkembangan zaman. Adanya e-book atau buku digital bahkan semacam Kindle yang dikembangkan oleh Amazon, sehingga dapat mempermudah orang untuk membaca dalam gawai atau perangkat elektronik. Namun apakah hal itu dapat menjadi sebuah kemajuan atau bahkan menggeser nilai buku fisik? 

Tentu tidak dapat dilihat dalam satu perspektif saja. Sebuah keniscayaan bahwa perkembangan teknologi kini dapat mempermudah kehidupan manusia, termasuk dalam membaca buku. Bahkan dapat dengan mudah untuk mendapatkan versi asli dari berbagai koleksi dan bahasa baik dalam maupun luar negeri. Hal itulah yang harus kita pandang sebagai sebuah kemajuan dan nilai positif, sehingga dapat berimbang antara kemajuan teknologi dengan kemampuan daya baca seseorang. 

Kembali lagi ke selera setiap orang, bahwa masih ada yang suka membaca dengan buku fisik. Membuka dari halaman ke halaman, mencium aroma buku baru, mencoret-coret, menekuk halaman, dan sebagainya juga masih banyak disekitar kita. Jadi keberadaan buku fisik tidak tenggelam begitu saja "ditampar" kemajuan teknologi saat ini. 

Memaknai sebuah buku sebagai bentuk penghargaan karya seseorang adalah hal utama dalam mencintai buku itu sendiri. Selanjutnya bagaimana kita menuntaskan isi bacaan buku itu. Masuk dan membuka imajinasi yang berbeda setiap mata dari tiap halaman dari penulis. Sebuah buku fisik yang tebal yang seakan membosankan bukanlah menjadi alasan kita untuk tidak dekat dengan buku. Mendekatkan dengan buku adalah sebuah langkah untuk mengasah diri, menambah wawasan, membuka cakrawala, bahkan dapat membayangkan sesuatu hal yang belum kita pikirkan sebelumnya. 

Selamat hari buku sedunia 2024, semoga buku terus menjadi sebuah alat pengasah pengetahuan, ilmu, bahkan untuk mencari jati diri.




Comments

Popular posts from this blog

Review Buku: Kolaborasi Kebaikan

sumber gambar  https://ebooks.gramedia.com/id/buku/kolaborasi-kebaikan Judul: Kolaborasi Kebaikan Penulis: Alfath Bagus Panuntun El Nur Indonesia Penerbit: Quanta-PT Elex Media Komputindo Tahun Terbit: 2017 Jumlah Halaman: xxviii + 252 halaman Genre: Motivasi Islami ISBN: 9786020450308             Bang Alfath melalui buku hebatnya ini akan mengajak kita untuk memahami diri kita sebagai manusia dan pemimpin di muka bumi yang mana tidak bisa berjalan sendiri. Saya akan mereview buku ini mulai dari covernya. Sesuai dengan  statement  diawal cover buku ini sudah merefleksikan isi dan judul buku, yakni dengan beberapa ekor lebah lengkap dengan sarang dan madunya. Say mengganggap cocok karena seekor lebah tidak bisa melakukan pekerjaannya sendiri ia selalu bekerja sama dengan kawan-kawannya untuk memenuhi kehidupannya sendiri dan ratu lebah. Font judul di cover depan yang berwarna biru metalik dengan  backgrund  putih-kuning membuat  center of interest  saat perta

Review Buku: Saya Orang Tengger Saya Punya Agama, Kisah Orang Tengger Menemukan Agamanya

Judul              :  Saya Orang Tengger Saya Punya Agama, Kisah Orang Tengger Menemukan Agamanya. Penulis            : Ayu Sutarto Tahun terbit    : 2007 Penerbit            : Kelompok Peduli Budaya dan Wisata Daerah Jawa Timur (Kompyawisda Jatim), Jember, Jawa Timur Tebal Buku       : viii + 145 hlm.      Penjelasan dalam buku ini terbagi dalam enam bagian atau bab yang membahas segala sisi kehidupan masyarakat Tengger. Dimulai pada bagian satu yang menggambarkan kondisi geografis wilayah Tengger dahulu. Wilayah Tengger dahulunya adalah sebuah gunung berapi raksasa yang kemudian hancur dikarenakan erupsi yang sangat kuat. Erupsi itu kemudian memunculkan gundukan-gundukan yang kini menjadi gunung kecil seperti Gunung Batok, Gunung Bromo, dan Gunung Kursi. Selain itu hasil erupsi lainnya adalah deposit pasir yang tebal dan luas dan sekarang hamparan pasir itu disebut Segara Wedi. Di wilayah Tengger ini juga masih memiliki iklim tropis sama dengan wilayah lainnya.