Skip to main content

Review Buku: Sirkus Pohon, Andrea Hirata




Judul Buku: Sirkus Pohon 
Penulis: Andrea Hirata
Tahun Terbit: 2017
Penerbit: Bentang Pustaka
Genre: Novel
Jumlah Halaman: 410


    Karya ke-10 penulis cerdas (idola saya) ini berbeda dengan kebanyakan karya sebelumnya. Dilihat dari cover saja, Sirkus Pohon  memiliki gaya yang tersendiri yakni dengan warna putih plus ilustrasi yang cukup menggambarkan "Sirkus" dan fullcolour. Ditambah dengan di halaman akhir buku dengan penghargaan yang diperoleh Andrea dalam beberpa kurun waktu beserta semua bukunya.

    Sirkus Pohon dengan cerdas oleh Andrea Hirata ditampilkan pelbagai kisah yang sarat akan nilai. Dilihat dari dialog antar tokoh yang banyak menggunakan bahasa Melayu, menunjukan beliau mengangkat budaya daerahnya di Belitung. Alur cerita dalam novel ini sangat patut diacungi jempol. Novel ini diceritakan lewat orang pertama yang bernama Sobrinudin "Hobri" terbagi menjadi tiga babak (bab). Cerita yang ditulis dalam novel ini bukan hanya berkaitan tentang kehidupan Hobri. Secara umum dalam novel ini berisi muatan cerita politik, cinta, humor (sirkus), sampai hikayat daerah. 

     Hobri diceritakan sebagai seorang pemuda sederhana yang tidak tamat sekolah menengah yang memiliki pelbagai lika-liku masa mudanya. Hobri adalah seorang yang setia kawan dan seorang yang tulus. Pada awal cerita Hobri dikeluarkan dari sekolah karena ia salah bergaul dengan kawannya yang kemudian ia sesali, karena ia tertuduh ikut mencuri sebuah TOA. Secara garis besar ia diceritakan dalam tiga alur besar yakni saat ia bertemu dengan Dinda, lalu saat ia menanam buah delima yang sakti yang dihubungkan dengan dunia mistis, hingga Hobri bergabung dalam kelompok sirkus keliling Blasia. Kisah cinta dengan Dinda yang rumit ditambah dengan bumbu kepercayaan bisa berbicara dengan binatang dan tumbuhan membuat pembaca buku ini akan memiliki kaca mata yang berbeda untuk memahami setiap cerita. 
  
     Penokohan yang diceritakan oleh Adrea Hirata memiliki karakter masing-masing yang menarik. Tokoh tersebut diantaranya Sobrinudin "Hobri" (sebagai orang pertama), Dinda (gadis penjaga toko yang Hobri sukai dan akhirnya mereka menikah), Taripol, Tegar, Tiara, dan beberapa tokoh lagi. Seperti di jelaskan diatas bahwa konflik dalam cerita novel ini tidak jauh dari kehidupan bermasyarakat kita. Mulai dengan pemilihan kepala desa hingga kepercayaan terhadap benda mistis yakni pohon delima milik Hobri. Tokoh Tegar dan Tiara diceritakan kisah percintaan mereka yang diawali sejak mereka pertama bertemu di pengadilan agama dalam suasana perceraian orang tuanya. Kisah cinta yang dihadirkan oleh Tegar dan Tara dibuat ciamik oleh Andrea Hirata dengan bukan hanya suka sama suka melainkan proses selama bertahun-tahun mereka berdua menunggu dan mengingat-ingat bagaimana mereka pertama bertemu. Kesemua tokoh tersebut dipertemukan dalam kelompok sirkus keliling "Blasia". Mulai dari Hobri mendaftar sebagai badut sampai mereka semua menemukan keluarga baru disana. Hingga akhirnya sirkus milik ibu Tara ini terlilit utang dan pelengkapan sirkus terpaksa disita. Sirkus bubar.

     Dari judulnya buku ini sudah mereflesikan isi buku meski tidak secara keseluruhan. Pelbagai sumber pemberitaan menyebutkan bahwa untuk merampungkan novel ini Andrea Hirata membutuhkan waktu yang sangat lama, bahkan dibandingkan dengan novel lainya, buku ini merupakan karya yang paling lama proses penulisannya. Andrea Hirata melakukan riset terlebih dahulu sebelum merampungkan buku ini, bahkan untuk meneliti pohon delima saja. Sirkus Pohon dipakai oleh Andrea Hirata dengan secara tersirat menceritakan dalam novel ini yakni dengan adanya pohon delima dalam sebuah sirkus. Pohon delima itu bukan sembarang pohon, melainkan berisi tentang kisah kehidupan manusia yang unik. Buku ini saya menyarankan untuk dapat dibaca oleh segala usia, karena pelbagai kisah sehari-hari yang tidak jauh dari kehidupan kita banyak diangkat dalam novel ini. Tidak hanya permasalahan cinta, politik dan humor sekaligus dikemas dengan bahasa yang asik. Dari 1-10 saya menilai buku ini mendapat 9. So, lets imagine with Hobri.

     
   
   

Comments

Popular posts from this blog

Review Buku: Kolaborasi Kebaikan

sumber gambar  https://ebooks.gramedia.com/id/buku/kolaborasi-kebaikan Judul: Kolaborasi Kebaikan Penulis: Alfath Bagus Panuntun El Nur Indonesia Penerbit: Quanta-PT Elex Media Komputindo Tahun Terbit: 2017 Jumlah Halaman: xxviii + 252 halaman Genre: Motivasi Islami ISBN: 9786020450308             Bang Alfath melalui buku hebatnya ini akan mengajak kita untuk memahami diri kita sebagai manusia dan pemimpin di muka bumi yang mana tidak bisa berjalan sendiri. Saya akan mereview buku ini mulai dari covernya. Sesuai dengan  statement  diawal cover buku ini sudah merefleksikan isi dan judul buku, yakni dengan beberapa ekor lebah lengkap dengan sarang dan madunya. Say mengganggap cocok karena seekor lebah tidak bisa melakukan pekerjaannya sendiri ia selalu bekerja sama dengan kawan-kawannya untuk memenuhi kehidupannya sendiri dan ratu lebah. Font judul di cover depan yang berwarna biru metalik dengan  backgrund  putih-kuning membuat  center of interest  saat perta

Memaknai Sebuah Buku: Selamat Hari Buku Sedunia, 23 April 2024

Pada hari ini 23 April 2024 diperingati sebagai hari buku sedunia. Beberapa sumber menuliskan bahwa hari bersejarah ini diawali dari hubungan antara 23 April dengan buku pertama sekali dibuat oleh toko buku di Catalonia, Spanyol pada tahun 1923. Ide awalnya berasal dari penulis Valencia, Vicente Clavel Andrés sebagai cara untuk menghargai penulis Miguel de Cervantes yang meninggal pada tanggal tersebut. Pada tahun 1995, UNESCO memutuskan Hari Buku Sedunia dan Hari Hak Cipta Sedunia dirayakan pada tanggal 23 April, sebab tanggal tersebut juga merupakan hari kematian William Shakespeare dan Inca Garcilaso de la Vega,serta hari lahir atau kematian beberapa penulis terkenal lain.   Memaknai sebuah buku dalam tulisan ini akan dibandingan sesuai dengan perkembangan zaman. Adanya e-book  atau buku digital bahkan semacam Kindle yang dikembangkan oleh Amazon, sehingga dapat mempermudah orang untuk membaca dalam gawai atau perangkat elektronik. Namun apakah hal itu dapat menjadi sebuah kemajuan

Review Buku: Saya Orang Tengger Saya Punya Agama, Kisah Orang Tengger Menemukan Agamanya

Judul              :  Saya Orang Tengger Saya Punya Agama, Kisah Orang Tengger Menemukan Agamanya. Penulis            : Ayu Sutarto Tahun terbit    : 2007 Penerbit            : Kelompok Peduli Budaya dan Wisata Daerah Jawa Timur (Kompyawisda Jatim), Jember, Jawa Timur Tebal Buku       : viii + 145 hlm.      Penjelasan dalam buku ini terbagi dalam enam bagian atau bab yang membahas segala sisi kehidupan masyarakat Tengger. Dimulai pada bagian satu yang menggambarkan kondisi geografis wilayah Tengger dahulu. Wilayah Tengger dahulunya adalah sebuah gunung berapi raksasa yang kemudian hancur dikarenakan erupsi yang sangat kuat. Erupsi itu kemudian memunculkan gundukan-gundukan yang kini menjadi gunung kecil seperti Gunung Batok, Gunung Bromo, dan Gunung Kursi. Selain itu hasil erupsi lainnya adalah deposit pasir yang tebal dan luas dan sekarang hamparan pasir itu disebut Segara Wedi. Di wilayah Tengger ini juga masih memiliki iklim tropis sama dengan wilayah lainnya.